Wednesday, December 20, 2006

Five minutes with Aiko

Sejenak sebelum aku menulis blog ini, seorang anak kecil masuk ke dalam kamarku. Little bit shock, anak siapa coba... masuk-masuk aja ke dalam kamarku. Aneh bener, but I've tried to get along with her. And I don't know, kenapa ya aku susah banget untuk bermain dengan seorang anak? Aku jadi bingung sendiri ngadepin anak berumur kira-kira 2 tahun tersebut, abisnya ngomongnya nggak jelas, dan semaunya sendiri, ya anak umur segitu sih emang ... mau gimana lagi?

Namanya ternyata Aiko, wajahnya rada-rada Jepang gitu deh. Anak tetangga, dari seorang ibu muda cantik yang tinggal di rumah yang hanya berbeda 4 rumah dari rumah kami. Kasihan juga sih melihatnya, mengingat beberapa minggu yang lalu ayahnya meninggal dunia. Still young though, putrinya aja masih sekecil itu. Hmmm, sedih kalau mengingat hal tersebut. Mungkin ia belum menyadari kenyataan tersebut, sikapnya yang masih ceria sangat mungkin dapat membuat ibunya dapat tabah menghadapi kejadian tersebut tersebut.

Well, hopefully for the best aja buat kedepannya, untuk Aiko dan untuk ibunya.

Friday, December 15, 2006

Telefon dari seorang sobat lama

Baru aja aku ditelefon oleh temen lama aku semasa SMA, sebenarnya kemaren aku menelefonnya lebih dulu untuk mengucapkan selamat Ulang Tahun padanya (red: 14 Desember 2006). Tapi dirinya nggak ada, dan aku berencana menelefonnya tadi pagi, dan gak sempet juga, akhirnya dirinyalah yang menelfonku sejam yang lalu.
Namanya Kunti, tapi aku lebih sering memanggilnya Utik, lebih simpel - dan tidak menjurus kan ?? Maaf kalau aku berpikiran ke sana, aku serasa teman yang jahat deh.

Well, anyway, secara akhirnya dia menelfonku, at last aku bisa mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Lalu kita ngobrol tentang beberapa hal -- hal yang nggak penting sih sebenernya. Seperti dia memberi pertanyaan padaku, "Fen, udah nonton Cinta Pertama-nya Bunga nggak?"
Cinta Pertama? tanyaku dalam hati, bukannya aku nggak tau film terbaru Bunga CL itu, hanya saja itu bukan menjadi prioritas utamaku untuk mengunjungi bioskop untuk menonton film. Dia berkata dia sudah menontonnya, ya gimana ya, lha wong kantor tempat ia bekerja dekat sekali dengan bioskop 21 yang tergolong cukup murah untuk kantong masyarakat, bagaimana dia nggak sering ke sana? Ia menceritakan kalau ia sudah menonton Hantu Jeruk Purut - yang aku bilang, seandainya aku melihatnya pun hanya untuk melihat Samuel Zylgwyn cintaku -- huhuhu, ngaku-ngaku. Intinya, sobat lamaku itu mengatakan semua film tersebut bagus, dan aku harus melihatnya. Tapi entah kenapa aku tidak merasa itu sesuatu yang harus ya?

Kemudian ia bercerita tentang bagaimana aku dulu, sewaktu jaman-jamannya aku ngefans pada satu tokoh dan aku hyper banget terhadap hal tersebut. Aku merasa, aduuh begitukah aku dulu? Merasa malu juga sih kalau diinget-inget lagi sekarang. Tapi aku merasa aku sedikitnya berubah dari jaman-jaman itu. Tapi secara ia tidak pernah bertemu langsung dengan aku, ia berpikir aku masih sama seperti yang dulu. Cewek yang emosian, yang childish, pengecut, dan lain sebagainya.
Seperti halnya ia mengatakan kalau ia sedang menyukai seseorang dan kemudian ia hanya memendam perasaannya terhadap cowok tersebut. Aku katakan padanya, "Ya, coba deketin dong, Tik. Jangan cuma diem aja. Gimana bisa orangnya ngerti kalo kamunya diem, nggak coba pedekate?"
Dia jawab, "Ah enggak ah, ngapain? Nggak mungkin lah"
Aku akuin itu pikiranku juga sih waktu dulu semasa SMA. But now setelah aku merasakannya sendiri aku merasa hal tersebut emang harus dilakukan sebelum terlambat.
Kemudian ia mengatakan, "Halah, kamu aja juga paling juga nggak berani, hayoo?"
Dalam hatiku aku berkata, Belum tau dia ...
"Oke aku emang belum berhasil, tapi paling enggak aku pernah usaha, dan menurutku itu penting"
Utik cuma terdiam, dan sepertinya tidak peduli dengan apa yang kukatakan.
Nggak tau ini hanya pikiranku, tapi yang jelas aku merasa dia berpikir seperti itu. Dan aku sedikit terganggu, apakah dirinya pernah berpikir kalau orang bisa berubah dan getting grown up? I dunno, mungkin aku belum sempat bertemu dengannya lagi, makanya aku bersikap seperti ini dan ia masih menganggapku seperti itu.

Well, apapun yang terjadi miz you sis ... Yes, we should meet as soon as possible.

Wednesday, December 13, 2006

About A ...

Kemaren aku mendengar berita mengejutkan, seorang junior di tempat aku berkuliah tiba-tiba bertanya padaku - sebut saja yang diomongin ini A, "Eh, si A katanya wes married yo?"

Aku yang nggak ngerti apa-apa, jelas dong bilang, "Ya nggak lah, masa sih?"
Secara dia temen yang lumayan deket dengan aku, dan rumahnya pun juga deket.
Kupikir itu cuma gosip nggak jelas dari anak-anak itu, dan hei don't you know kalau yang menggosipkan itu adalah cowok-cowok ?? Ternyata ... sama saja.

Well, kemudian akhirnya aku terpengaruh juga dan mencoba telefon ke rumah di A
"Halo A-nya ada?"
Seorang cewek yang menerima telefon tersebut yang menjawab "Oh, mbak A-nya nggak di sini" mungkin pembantunya
Maksudnya apa coba ??? Akhirnya aku coba lagi ...
"Ini rumahnya A kan?"
"Iya, tapi mbak A-nya nggak di sini, sekarang ikut suaminya"
Dan duuaaarr, akhirnya terbuka juga, memang betul apa yang dikatakan cowok-cowok penggosip tersebut. Little bit shock sih, secara A tersebut anak yang cuek banget dan sepertinya belum kepikiran ke arah sana.
Then, aku telefon sobat aku yang deket juga sama si A
"Heh, jahat banget sih si A, kenapa nggak ngundang-ngundang aku marriednya? Aku nggak dianggep temen ya?"
"Loh loh tunggu, kamu tau darimana?" jawabnya sambil -sepertinya- tersenyum
Lalu kuceritakan gosip dan telefon tersebut, dan akhirnya ia menceritakan juga, kalau ternyata pernikahan tersebut dilakukan secara rahasia, hanya keluarga dan teman-teman terdekat mereka yang datang (dan mungkin ia tidak menganggap aku teman terdekatnya)

Suddenly setelah telefon itu ditutup, ada telefon lagi yang masuk, nomernya tidak kukenal, dan si A-lah yang menelefon, mungkin temanku itu baru saja memberitahunya.
Ia meminta maaf, dan memang berniat mau bikin surprise, yang ternyata mungkin udah keduluan sama gosip-gosip di kampus. Katanya sih dia bakal bikin acara lagi, setelah balik ke Surabaya -niwei, dia lagi ada di luar kota sekarang sama sang suami pastinya. Ada ada aja, mau bikin sensasi ato apaan nih ??

Ya, I'll wait aja deh, pokoknya aku berharap pernikahan mereka bakal langgeng sampai maut memisahkan -huuu, daleem ye ?? Selamat !!!!

Sunday, December 10, 2006

The Sad Moments on Lord Of The Rings

Photobucket - Video and Image Hosting Photobucket - Video and Image Hosting Photobucket - Video and Image Hosting

Kemaren aku melihat film Lord Of The Rings - The Fellowship of the Ring di salah satu stasiun TV Swasta yang bakal ulang tahun tanggal 15 Desember entar.
Even though saya memiliki semua seri filmnya dalam bentuk VCD dan DVD, dan cukup sering menontonnya, tetep aja selalu trenyuh melihat film garapan Peter Jackson ini kemaren. Apalagi kalau melihat pengorbanan yang besar seorang Samwise Gamgee pada Frodo Baggins, duuhhh setia banget, jadi sedih.
And of course especially, si calon raja yang ok banget tuh, si Aragorn dan kisah cintanya kepada Arwen Evenstar, jadi sedih kalo inget episode terakhir film tersebut.
Bagaimana Arwen yang berbangsa Elf yang notabene hidupnya abadi, mau mengorbankan keabadiannya demi cintanya pada Aragorn. Huhuhu, sedih deh.

Walau kalo aku merasakan sih, film terakhir yang paling bisa membuat aku trenyuh, sewaktu Pippin diperintah menyanyi oleh Denethor. Sedangkan sang anak dari Denethor, Faramir maju berperang demi keselamatan Gondor, dan terluka cukup parah ketika kembali ke Minash Thirith. Sediihhh ...
Kedua, bagaimana si Frodo terpengaruh oleh Gollum dan mengusir Sam dari keikutsertaannya menuju Mordor. Dasar Gollum! Huh, untung matinya mengenaskan, walaupun hanya demi sebuah cincin.

Pokoknya nih film emang pantes deh menang Academy Awards, worth it banget deh si Peter Jackson ini sampe bertahun2 harus capek-capek survey kesana-sini dengan biaya yang tidak sedikit kan pastinya.
Seandainya aja, Peter Jackson mau menyutradarai Harry Potter, pasti hasilnya bakal keren banget. Ya, kan boleh berandai-andai.

Anyway, kalo menurut kalian adegan apa dalam film ini yang paling memorable ?