Baru aja aku ditelefon oleh temen lama aku semasa SMA, sebenarnya kemaren aku menelefonnya lebih dulu untuk mengucapkan selamat Ulang Tahun padanya (red: 14 Desember 2006). Tapi dirinya nggak ada, dan aku berencana menelefonnya tadi pagi, dan gak sempet juga, akhirnya dirinyalah yang menelfonku sejam yang lalu.
Namanya Kunti, tapi aku lebih sering memanggilnya Utik, lebih simpel - dan tidak menjurus kan ?? Maaf kalau aku berpikiran ke sana, aku serasa teman yang jahat deh.
Well, anyway, secara akhirnya dia menelfonku, at last aku bisa mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Lalu kita ngobrol tentang beberapa hal -- hal yang nggak penting sih sebenernya. Seperti dia memberi pertanyaan padaku, "Fen, udah nonton Cinta Pertama-nya Bunga nggak?"
Cinta Pertama? tanyaku dalam hati, bukannya aku nggak tau film terbaru Bunga CL itu, hanya saja itu bukan menjadi prioritas utamaku untuk mengunjungi bioskop untuk menonton film. Dia berkata dia sudah menontonnya, ya gimana ya, lha wong kantor tempat ia bekerja dekat sekali dengan bioskop 21 yang tergolong cukup murah untuk kantong masyarakat, bagaimana dia nggak sering ke sana? Ia menceritakan kalau ia sudah menonton Hantu Jeruk Purut - yang aku bilang, seandainya aku melihatnya pun hanya untuk melihat Samuel Zylgwyn cintaku -- huhuhu, ngaku-ngaku. Intinya, sobat lamaku itu mengatakan semua film tersebut bagus, dan aku harus melihatnya. Tapi entah kenapa aku tidak merasa itu sesuatu yang harus ya?
Kemudian ia bercerita tentang bagaimana aku dulu, sewaktu jaman-jamannya aku ngefans pada satu tokoh dan aku hyper banget terhadap hal tersebut. Aku merasa, aduuh begitukah aku dulu? Merasa malu juga sih kalau diinget-inget lagi sekarang. Tapi aku merasa aku sedikitnya berubah dari jaman-jaman itu. Tapi secara ia tidak pernah bertemu langsung dengan aku, ia berpikir aku masih sama seperti yang dulu. Cewek yang emosian, yang childish, pengecut, dan lain sebagainya.
Seperti halnya ia mengatakan kalau ia sedang menyukai seseorang dan kemudian ia hanya memendam perasaannya terhadap cowok tersebut. Aku katakan padanya, "Ya, coba deketin dong, Tik. Jangan cuma diem aja. Gimana bisa orangnya ngerti kalo kamunya diem, nggak coba pedekate?"
Dia jawab, "Ah enggak ah, ngapain? Nggak mungkin lah"
Aku akuin itu pikiranku juga sih waktu dulu semasa SMA. But now setelah aku merasakannya sendiri aku merasa hal tersebut emang harus dilakukan sebelum terlambat.
Kemudian ia mengatakan, "Halah, kamu aja juga paling juga nggak berani, hayoo?"
Dalam hatiku aku berkata, Belum tau dia ...
"Oke aku emang belum berhasil, tapi paling enggak aku pernah usaha, dan menurutku itu penting"
Utik cuma terdiam, dan sepertinya tidak peduli dengan apa yang kukatakan.
Nggak tau ini hanya pikiranku, tapi yang jelas aku merasa dia berpikir seperti itu. Dan aku sedikit terganggu, apakah dirinya pernah berpikir kalau orang bisa berubah dan getting grown up? I dunno, mungkin aku belum sempat bertemu dengannya lagi, makanya aku bersikap seperti ini dan ia masih menganggapku seperti itu.
Well, apapun yang terjadi miz you sis ... Yes, we should meet as soon as possible.
Friday, December 15, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment